Di tengah derasnya inovasi teknologi smartphone masa kini, nama Samsung Galaxy Core 2 mungkin terdengar seperti artefak masa lalu. Namun, bagi banyak pengguna Android generasi awal, ponsel ini merupakan simbol kesederhanaan, keandalan, dan awal mula dari era smartphone terjangkau yang mampu mengubah cara orang berkomunikasi.
Dirilis pada Juli 2014, Samsung Galaxy Core 2 menempati posisi penting di jajaran ponsel menengah ke bawah. Meski bukan flagship, Core 2 membawa nilai penting dalam ekosistem Samsung: memberikan pengalaman Android kepada lebih banyak orang, tanpa mengorbankan terlalu banyak kualitas.
Samsung Galaxy Core 2 tampil dengan desain yang bisa dibilang ikonik untuk zamannya. Layar 4,5 inci yang dibingkai bezel tebal pada sisi atas dan bawah menciptakan tampilan yang sederhana, namun tetap nyaman digunakan.
Bagian belakangnya dilapisi bahan plastik bertekstur yang menyerupai kulit (disebut Samsung sebagai "leather-like back cover"), membuat ponsel ini tidak mudah tergelincir saat digenggam. Bobotnya yang ringan dan bentuknya yang kompak menjadikan Galaxy Core 2 ideal bagi pengguna yang tidak terlalu menyukai ukuran ponsel yang besar.
Tombol fisik khas Samsung — home, back, dan recent apps — memberikan nuansa kontrol yang familiar. Meski terlihat kuno jika dibandingkan dengan desain layar penuh masa kini, tombol fisik ini justru memberikan kesan tanggapan cepat dan intuitif pada masanya.
Galaxy Core 2 hadir dengan sistem operasi Android 4.4.2 KitKat yang kala itu merupakan salah satu versi Android paling stabil dan ringan. Mengandalkan prosesor quad-core 1.2 GHz dan RAM 768 MB, ponsel ini memang tidak dirancang untuk multitasking berat atau bermain game grafis tinggi. Namun, untuk kebutuhan dasar seperti menelepon, SMS, WhatsApp, browsing ringan, dan media sosial, Core 2 mampu menjalankan tugasnya dengan layak.
Penyimpanan internalnya hanya 4 GB, dan hanya sekitar 2 GB yang bisa digunakan oleh pengguna. Tapi Samsung memberikan solusi dengan menyediakan slot microSD hingga 64 GB, menjadikan ponsel ini cukup fleksibel untuk menyimpan foto, musik, dan aplikasi ringan.
Dalam konteks masa itu, performa Core 2 bisa dikatakan kompeten. Ia bukan ponsel cepat, tapi juga bukan ponsel lambat. Justru, kestabilannya menjadi daya tarik utama bagi pengguna pemula Android.
Untuk urusan fotografi, Samsung Galaxy Core 2 dibekali kamera belakang 5 MP dengan LED flash dan kemampuan merekam video VGA. Kamera depannya hanya VGA (0.3 MP), yang tentu saja tidak dirancang untuk selfie berkualitas tinggi. Namun, saat itu, kamera depan lebih banyak digunakan untuk panggilan video daripada selfie.
Dalam kondisi cahaya cukup, hasil foto dari kamera belakang cukup tajam dan alami. Fitur autofocus membantu menghasilkan foto yang tidak buram. Tentu, jangan harapkan fitur AI atau mode malam—Core 2 adalah ponsel tanpa gimmick, tetapi tetap dapat diandalkan untuk momen-momen penting.
Baterai berkapasitas 2000 mAh yang dapat dilepas (removable battery) menjadi salah satu nilai plus Galaxy Core 2. Pada masa itu, baterai yang bisa dilepas adalah hal yang lumrah, dan sangat membantu pengguna ketika terjadi masalah atau sekadar ingin membawa cadangan baterai saat bepergian.
Dengan hardware yang tidak boros daya dan sistem operasi yang ringan, Galaxy Core 2 dapat bertahan seharian penuh dalam penggunaan normal — termasuk menelepon, SMS, browsing, dan media sosial. Bahkan, banyak pengguna mengklaim bahwa ponsel ini bisa bertahan hingga dua hari dengan pemakaian ringan.
Salah satu alasan utama di balik popularitas Galaxy Core 2 adalah harganya yang terjangkau. Saat dirilis, ponsel ini menyasar segmen pasar entry-level dengan harga yang cukup bersahabat, sekitar Rp 1,7 jutaan. Dengan harga tersebut, pengguna sudah bisa merasakan pengalaman Android dengan merek Samsung yang saat itu sangat dipercaya kualitasnya.
Samsung berhasil meramu spesifikasi yang cukup seimbang untuk kebutuhan dasar, tanpa membuat harga melambung tinggi. Ini menjadi strategi cerdas, karena banyak pengguna ponsel feature phone (ponsel biasa) beralih ke smartphone lewat Core 2.
Meskipun kini telah tergeser oleh deretan ponsel pintar dengan spesifikasi jauh lebih tinggi, Galaxy Core 2 tetap memiliki tempat tersendiri di hati para penggunanya. Ia bukan sekadar perangkat keras; ia adalah simbol transisi menuju era digital modern yang lebih terhubung.
Core 2 adalah salah satu model yang memperkuat posisi Samsung di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak pelajar, pekerja awal, hingga orang tua yang pertama kali menggunakan smartphone melalui perangkat ini. Tak sedikit juga pengguna yang menyimpan Galaxy Core 2 mereka sebagai kenang-kenangan teknologi pertama mereka.
Ponsel ini juga menjadi bukti bagaimana Samsung merancang produk dengan memperhatikan kebutuhan pengguna sesungguhnya, bukan sekadar berlomba mengejar spesifikasi tertinggi.
Secara teknis, Galaxy Core 2 tentu sudah jauh tertinggal dari standar ponsel modern. Ia tidak bisa menjalankan aplikasi terbaru, terbatas dalam konektivitas (belum mendukung 4G), dan tidak kompatibel dengan update Android masa kini.
Namun, ada nilai sentimental dan koleksi yang membuat Core 2 tetap dicari oleh para penggemar gadget retro. Di platform jual beli online, masih bisa ditemukan unit Galaxy Core 2 dalam kondisi baru atau bekas, meski kini lebih dihargai sebagai barang nostalgia daripada alat komunikasi utama.
Beberapa penggemar bahkan melakukan modifikasi atau root untuk menghidupkan kembali Core 2, menjadikannya alat eksperimen atau ponsel cadangan yang unik.
Samsung Galaxy Core 2 mungkin sudah lama tidak lagi mengisi etalase toko-toko ponsel, tapi kisahnya tetap hidup dalam kenangan banyak orang. Ponsel ini mengajarkan kita bahwa spesifikasi bukan segalanya—yang terpenting adalah fungsi, stabilitas, dan pengalaman pengguna yang memuaskan.
Sebagai pionir smartphone Android murah dari brand besar, Galaxy Core 2 membuka jalan bagi banyak orang untuk terhubung, bereksplorasi, dan berkembang di era digital. Dan untuk itu, ponsel ini pantas dikenang sebagai salah satu pahlawan tanpa tanda jasa di dunia teknologi.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut silahkan klik :
Dirilis pada Mei 2013, Samsung Galaxy Core menjadi sorotan sebagai smartphone Android entry-level yang mengedepankan keseimbangan antara performa, fungsionalitas, dan fitur telekomunikasi. Menawarkan dua pilihan konektivitas—Dual-SIM dan model single-SIM—serta platform Android yang umum digunakannya di segmen menengah ke bawah. Samsung Galaxy Core bertujuan menjembatani pengguna pemula atau mereka yang mencari smartphone kinerja cukup, banding harga terjangkau.
Dirancang dengan profil cukup tipis untuk masanya, Galaxy Core mengukur sekitar 129,3 × 67,6 × 8,9 mm dan berat sekitar 124 gram. Bodi plastik melengkung di sisi dan sudut, hadir dalam warna Putih dan Hitam, memberi kesan elegan namun tetap ringan. Dimensi ini membuat Galaxy Core nyaman serta mudah digenggam dengan satu tangan.
Dilengkapi layar TFT berukuran 4,3 inci dengan resolusi 480 × 800 piksel, Galaxy Core menampilkan tampilan jernih dan memadai untuk kebutuhan sehari-hari seperti scrolling media sosial, browsing, dan menonton video kecil. Meskipun tidak selebar layar HD, tingkat kerapatan sekitar 217 ppi memberikan visual yang cukup memuaskan bagi pengguna di segmen ini.
Ditenagai prosesor dual-core Snapdragon S4 Play MSM8225 (ARM Cortex-A5) berkecepatan hingga 1,2 GHz, yang dipadukan dengan RAM 1 GB. Konfigurasi ini membuat Galaxy Core cukup efisien untuk multitasking ringan—seperti chatting, browsing, dan aplikasi umum—meski kurang cocok untuk game berat atau pengguna power-user.
Galaxy Core hadir dengan penyimpanan internal 8 GB, sebagian dialokasikan untuk sistem dan aplikasi. Namun pengguna masih bisa memperluas memori hingga 32 GB melalui slot microSD hybrid (menggantikan slot SIM kedua). Fitur ini memberi fleksibilitas bagi pengguna media dan konten ringan.
Dilengkapi kamera belakang 5 MP dengan autofocus dan LED flash, Galaxy Core cocok untuk foto di kondisi pencahayaan baik; video direkam di kualitas 720p@30fps. Di bagian depan, tersedia kamera VGA (0,3 MP) untuk video call sederhana. Kualitas kameranya cukup mendukung penggunaan sehari-hari, tanpa klaim kelebihan fotografi.
Dengan baterai removable 1.800 mAh, Galaxy Core menawarkan daya tahan seharian (12–15 jam penggunaan normal). Tersedia dua varian: Dual-SIM untuk dua kartu GSM dan jaringan 2G/3G, dan model versi single-SIM. Fungsi ini menjadikannya pilihan populer bagi pengguna yang membutuhkan konektivitas ganda di satu perangkat.
Menawarkan LTE? Tidak. Namun Galaxy Core kaya fitur koneksi tahun 2013:
3G HSPA+ hingga 21 Mbps
Wi-Fi b/g/n
Bluetooth 4.0
GPS + A-GPS
Radio FM
Keberadaan Wi-Fi and FM turut menjadi daya tarik tersendiri untuk hiburan offline.
Galaxy Core menggunakan Android 4.1.2 Jelly Bean dengan antarmuka khas Samsung TouchWiz, menawarkan pengalaman pengguna intuitif dan aplikasi bawaan seperti S Voice, Smart Stay, dan Samsung Hub. Meskipun gratis mendapatkan update hanya hingga Android 4.2, ponsel ini sudah cukup untuk fungsi dasar dan gaya UI Samsung di masanya.
Kelebihan:
Dual-SIM 3G, cocok untuk mobilitas tinggi dan hemat biaya.
Layar cukup cerah dan jernih untuk penggunaan umum.
Portabel dan ringan, nyaman di genggaman.
Harga entry-level saat itu sangat kompetitif.
Kekurangan:
Kamera cuma di atas rata-rata kategori—kurang baik di low-light.
Prosesor dan RAM terbatas untuk aplikasi berat dan game modern.
Tidak ada slot microSD terpisah—mengurangi kapasitasnya jika memakai dua SIM.
Sistem lama dan tanpa dukungan pembaruan OS.
Walau sudah tidak lagi dijual baru, Galaxy Core masih relevan sebagai:
Ponsel cadangan: kecil, memiliki Dual-SIM dan opsi baterai ganti.
Perangkat edukasi anak: untuk akses instan, tablet ringan untuk belajar atau browsing.
Proyek teknologi: dipakai untuk modding (custom Android, sinal art projects).
Harga bekas di pasar lokal masih di kisaran Rp 200.000–400.000.
Samsung Galaxy Core adalah bukti awal upaya Samsung menjangkau pasar entry-level dengan ponsel berfitur seimbang. Meskipun tidak menonjol di segi kamera atau game, ponsel ini berhasil memenuhi kebutuhan dasar komunikasi, hiburan ringan, dan fleksibilitas Dual-SIM dengan performa yang cukup andal di masanya. Hingga tahun 2025, Galaxy Core tetap menjadi pilihan klasik dan nostalgia bagi mereka yang menginginkan ponsel sederhana namun fungsional.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut silahkan klik :
Samsung Galaxy C9 Pro, rilis November 2016, adalah smartphone pertama Samsung yang menghadirkan 6 GB RAM dan layar Super AMOLED 6 inci dalam balutan bodi metal hanya 6,9 mm tebal, menjadikannya phablet premium di masanya.
Ditenagai chipset Snapdragon 653 (8-core) dengan RAM LPDDR3 6 GB—kombinasi yang langka di ponsel non-flagship—C9 Pro mampu menjalankan banyak aplikasi, game berat, dan browser tanpa lag. Pengujian benchmark menunjukkan hasil tinggi, meski konsumsi daya dan panas sedikit terasa saat beban tinggi.
Layar 6,0″ Super AMOLED Full HD (367 ppi) dengan Gorilla Glass 4 dan fitur Always‑On Display memberikan visual tajam, warna kaya, dan kenyamanan tampilan di luar ruangan.
Bodi unibody aluminium 2,5D berketebalan 6,9 mm dan berat 188–189 g menciptakan kesan premium dan mudah dibawa.
Baik kamera depan maupun belakang menggunakan sensor 16 MP f/1.9, mendukung autofocus dan dual‑LED flash di kamera belakang. Hasilnya tajam dan natural di siang hari, namun saat malam gambar cenderung over‑soft dan kurang tajam.
Dilengkapi baterai 4.000 mAh dan dukungan pengisian cepat 18 W melalui USB‑C, C9 Pro mampu bertahan sepanjang hari meski digunakan aktif. Tes loop video mencatat sekitar 6 jam pemutaran—cukup memuaskan untuk phablet 6 inci.
Awalnya hadir dengan Android 6.0.1 (Marshmallow) dan antarmuka TouchWiz minimal, sanggup di‑upgrade hingga Android 8.0 Oreo dengan Samsung Experience 9.0. Menyertakan fitur dual‑SIM, NFC, FM‑radio, dan sensor fingerprint di home button depan yang responsif.
Menawarkan dukungan LTE Cat6, Wi-Fi dual‑band, Bluetooth 4.2, NFC, dan USB-C; serta sensor gyro, kompas, dan A-GPS. Varian dual-SIM dan microSD hingga 256 GB memastikan fleksibilitas sesuai kebutuhan.
Kelebihan
6 GB RAM langka di masa lalu, mengejar multitasking maksimal
Layar AMOLED 6 inci cerah dan tajam
Kamera 16 MP f/1.9 memungkinkan foto low-light cukup baik
Fast charging 18 W dan baterai besar 4.000 mAh
Kekurangan
Snapdragon 653 diproduksi pada proses 28 nm, membuat suhu dan penggunaan daya naik tinggi
Kamera malam kurang memadai
Tidak perekaman video 4K, hanya 1080p
Desain bezel dan dimensi besar terasa kurang ringkas saat satu tangan
Pengguna multitasking yang butuh banyak aplikasi berjalan sekaligus
Pecinta multimedia dengan layar besar dan kualitas audio stereo
Selfie lovers serta video call berkualitas
Pengguna ritel yang membutuhkan daya tahan baterai panjang dan fitur lengkap
Kini bersifat vintage, C9 Pro masih dicari oleh kolektor dan pengguna yang ingin smartphone dengan RAM besar, layar AMOLED, dan body premium. Meskipun sudah tidak ada pembaruan resmi, fitur seperti Always‑On Display dan desain solid masih menarik. Harga bekasnya sekitar USD 100–150 (Rp 1,5–2 juta).
Samsung Galaxy C9 Pro adalah phablet yang memadukan multitasking hebat berkat RAM 6 GB, layar besar Super AMOLED, performa mumpuni dengan chip Snapdragon 653, dan kamera setara flagship masanya. Bagi pengguna yang mengutamakan pengalaman multimedia dan stabilitas aplikasi, C9 Pro tetap berarti—meski dengan trade-off konsumsi baterai dan pemanasan. Di 2025, ia adalah nostalgia bergaya sekaligus smartphone fungsional bila dibutuhkan.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut silahkan klik :
Pada Januari 2017, Samsung memperkenalkan Galaxy C7 Pro, ponsel mid-range bergaya phablet dengan layar 5,7 inci, desain bodi metal tipis, dan kombinasi kamera 16 MP di depan dan belakang. Secara visual, bodi unibody dan balutan warna Gold atau Navy memberi kesan premium di segmennya.
Dimensi: 156,5 × 77,2 × 7 mm; berat: 172 g
Full-aluminum unibody, dilapisi Gorilla Glass 4 di depan
Varian warna: Gold, Navy Blue, dan Pink Gold
Fingerprint sensor tertanam di tombol home depan; desain ramping memberi citra “tank” premiumnya
Panel Super AMOLED, resolusi 1920×1080 piksel, kerapatan 386 ppi
Menyajikan kontras tinggi, warna hidup, dan sudut pandang luas—ideal untuk media dan browsing
Tampilan Always-On memberikan waktu dan notifikasi tanpa perlu menyalakan layar penuh
Chipset Snapdragon 626 delapan inti 2,2 GHz + GPU Adreno 506
RAM 4 GB LPDDR3 bersama storage 64 GB (expandable dengan microSD hingga 256 GB)
Kinerja smooth untuk tugas harian; sedikit lag saat multitasking berat karena penutupan agresif aplikasi background
Kapasitas 3.300 mAh dengan dukungan USB-C dan fast charging 18 W
Durasi baterai bertahan sekitar 16 jam penggunaan ringan termasuk streaming video terus menerus
Efisiensi chipset 14 nm dan layar AMOLED memberikan daya tahan seharian penuh
Kamera utama 16 MP, bukaan f/1.9 dengan dual-tone LED flash; juga mendukung HDR, panorama, dan manual modes
Kamera depan juga 16 MP, menghasilkan selfie tajam dan cocok untuk media sosial
Kinerja kamera cukup baik di cahaya ideal, namun makin menurun di malam dan low-light—focus agak lambat & noise tinggi
Dual-SIM hybrid, Bluetooth 4.2, Wi‑Fi a/b/g/n/ac dual-band, NFC, GPS + GLONASS, serta USB-C
Jack headphone 3,5 mm, sAMOLED Always-On Display, dan antarmuka TouchWiz/Grace UX khas Samsung
Aplikasi seperti S Health, Blue light filter, Game Launcher memberi nilai tambahan
Awalnya hadir dengan Android 6.0.1 Marshmallow + Grace UX; dapat ditingkatkan ke Android 8.0 Oreo & Samsung Experience 9.0
Kekurangan utama: kurangnya update awal Nougat; sebagian fitur baru tidak otomatis hadir
Kelebihan:
Build premium dengan bodi logam modern; fingerprint sensor cepat & akurat
Layar Super AMOLED menyenangkan untuk konsumsi multimedia
Performa mulus, RAM besar, baterai tahan lama, fast charging
Kamera mumpuni untuk mid-range saat diluncurkan
Kekurangan:
Kamera rendah cahaya kurang konsisten
Agresifnya OS menutup aplikasi background mengganggu multitasking
Telat mendapat Android Nougat; fitur keamanan terbatas
Hybrid SIM slot memaksa pilih dual SIM atau storage eksternal
Saat rilis, Galaxy C7 Pro dibandingkan langsung dengan Moto Z Play & seri OnePlus mid-range. Fitur utama layak dibandingkan: build premium, fotografi, dan baterai tahan lama.
Di 2025, meski sudah jadul, C7 Pro masih bermanfaat:
Sebagai ponsel second-hand bagi pengguna yang butuh alat ringan untuk media sosial & komunikasi
Harga bekas berkisar Rp300.000–700.000 (tergantung kondisi)
Masih didukung update keamanan Android Oreo, meski fitur terbaru tidak tersedia
Samsung Galaxy C7 Pro adalah phablet mid-range yang unggul lewat desain premium, kemampuan layar unggul, baterai tahan lama, dan kinerja harian yang stabil. Meski memiliki kelemahan seperti kamera malam dan keterbatasan software, ponsel ini tetap berdaya guna dan relevan, terutama di segmen bekas. Bagi yang mencari perangkat elegan dengan layar besar dan performa cukup, Galaxy C7 Pro adalah pilihan menarik—baik di masa lalu maupun kini.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut silahkan klik :
Samsung Galaxy C5 Pro, diluncurkan Maret 2017, adalah versi premium dari C5—menghadirkan desain logam ramping, tombol fingerprint, dan kamera ganda 16 MP depan-belakang dalam ukuran kompak 5,2 inci.
Dimensi 145,7 × 71,4 × 7 mm, berat hanya 145 g—mudah digenggam dan praktis dibawa.
Casing aluminium unibodi dengan antena sinyal, dan pelindung Gorilla Glass 4 di layar.
Tersedia dalam tiga pilihan warna menarik: Lake Blue, Maple Leaf (emas), dan Powder Rose.
Layar 5,2″ 1080×1920 pixel, menawarkan kepadatan ~424 ppi, kontras tinggi, dan warna cerah — unggul untuk streaming dan membaca teks.
Pelindung Gorilla Glass 4 meningkatkan ketahanan dari goresan ringan.
Beroperasi menggunakan chipset Snapdragon 626 (14 nm) dengan GPU Adreno 506, menjanjikan performa stabil untuk multitasking dan aplikasi harian dengan 4 GB RAM.
Ruang penyimpanan internal 64 GB, dapat ditambah hingga 256 GB via microSD di slot SIM 2.
Kamera utama 16 MP dengan bukaan f/1.9, HDR, panorama, dan dual-tone flash—optimal untuk fotografi harian dan video 1080p.
Kamera depan juga 16 MP f/1.9: konsisten untuk selfie berkualitas tinggi.
Menarik perhatian di kelas menengah saat itu dengan dual-camera berkualitas dan bukaan lebar.
Kapasitas baterai 2600 mAh, menawarkan daya tahan seharian untuk penggunaan ringan.
Dilengkapi fast charging—18 W (USB-C)—lebih cepat dari seri C sebelumnya yang hanya 10 W.
Fingerprint sensor di tombol home depan, mendukung Samsung Pay.
Konektivitas lengkap: dual-SIM hybrid, LTE Cat6, Wi-Fi dual-band, Bluetooth 4.2, NFC, USB-C, dan jack audio 3,5 mm.
Sensor meliputi gyro, accelerometer, proximity, dan kompas.
Kelebihan:
Desain kompakt dan stylish, sangat enak digenggam.
Kamera depan dan belakang 16 MP yang jarang di kelas mid-range kala itu.
Fast charging dan penyimpanan besar plus microSD.
Layar Super AMOLED dengan proteksi yang baik.
Kekurangan:
Baterai relatif kecil—kurang untuk pengguna berat.
Hybrid slot membuat unik pilihan storage/SIM.
Sudah memakai microUSB? C5 Pro hadir dengan USB-C, tetapi beberapa user keluhkan kehandalan software lama.
Android sekarang sudah usang (Android 7.0, meski bisa ke 8.0)—sehingga terbatas pembaruan keamanan.
Saat ini Galaxy C5 Pro sulit dicari baru, namun masih populer sebagai smartphone cadangan karena bodi ringan dan build solid.
Cocok untuk streaming, sosial media, dan tugas ringan—meski Google Play versi baru mungkin terbatas.
Harga bekas stabil di kisaran Rp 500 ribu – Rp 1 juta, tergantung kondisi.
Samsung Galaxy C5 Pro adalah simbol keanggunan di era mid‑range 2017: unggul di kamera depan-belakang 16 MP, bodi premium, performa memadai, dan fast charging—all in a compact frame. Di tahun 2025, meski ia bukan pilihan utama, C5 Pro tetap signifikan bagi mereka yang mendambakan smartphone ringan dan bernilai estetika. Cocok sebagai second phone atau nostalgia smartphone klasik tanpa harus mengorbankan kebutuhan dasar.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Y6 II
Dirilis pada Mei–Juni 2016, Samsung Galaxy C7 tampil sebagai definisi sempurna elegan mid-range—menggabungkan bodi logam tipis, layar besar bergaya, dan fitur modern dalam paket ringkas 5,7 inci yang ideal bagi pengguna yang menginginkan kecanggihan tanpa ukuran flagship.
Dengan dimensi 156,6 × 77,2 × 6,8 mm dan berat 169 g, C7 memiliki tampilan premium berkat bodi alumunium dan fingerprint di tombol home. Tersedia warna Gold, Pink Gold, dan Dark Gray, menjadikannya menarik bagi pengguna muda yang mengedepankan estetika.
Layar Full HD Super AMOLED (1080×1920, ~386 ppi) menyuguhkan tampilannya tajam, kontras tinggi, dan warna kaya—sempurna untuk streaming, membaca, hingga bermain game. Rasio layar ke bodi sekitar 74 % membungkus keseluruhan bezel tipis.
Diotaki Snapdragon 625 (2 GHz, Cortex‑A53) dan 4 GB RAM, C7 memberi performa mulus untuk multitasking dan game ringan. Lokalnya menyimpan 32/64 GB dan dapat diperluas via microSD hingga 256 GB (slot hybrid).
Dengan battery 3.300 mAh, chipset 14 nm dan layar AMOLED, Galaxy C7 mencetak rekor endurance sekitar 100 jam dalam pengujian GSMArena—cukup digunakan selama satu hingga dua hari penuh. Dukungan Quick Charge 3.0 18 W membuat pengisian cepat dan efisien.
C7 membawa kamera belakang cukup kuat: 16 MP f/1.9 dengan dual-tone LED flash, HDR, dan perekaman video 1080p. Siangnya sangat tajam, tapi performa malam kurang stabil karena tidak adanya OIS . Kamera depan 8 MP f/1.9 menghasilkan selfie memuaskan dalam kondisi cahaya baik.
Jaringan lengkap (LTE Cat‑4, Wi‑Fi ac, NFC), audio 3.5 mm, dan dual-SIM hybrid ditemani software TouchWiz di Android 6.0.1 (marshmallow), yang bisa diupgrade ke Android 8.0 Oreo. Interface ini mendukung multitasking seperti split-screen, Game Launcher, dan aplikasi Microsoft pre-install.
+ Kelebihan
Bodi metal ringkas dan elegan
Layar Super AMOLED jernih dan nyaman
RAM 4 GB & performa Snapdragon responsif
Baterai super tahan lama
Fitur lengkap (NFC, Quick Charge, fingerprint)
– Kekurangan
Kamera malam kurang konsisten
Hybrid slot memaksa pilih SIM atau storage eksternal
Tanpa OIS dan resolusi 4K
microUSB port bukan USB‑C
Sebagai ponsel bekas, Galaxy C7 masih digunakan berkat:
Desain elegan dan ringan
Layar AMOLED ideal untuk streaming
Performa cukup untuk tugas ringan
Harga kelas Rp500.000–1 juta membuatnya menarik sebagai ponsel cadangan.
Namun makanan utama seperti update OS dan keamanan sudah berakhir, sehingga lebih cocok pengguna dengan kebutuhan dasar.
Samsung Galaxy C7 adalah contoh sempurna smartphone mid-range dari era 2016: desain premium bodi metal, layar AMOLED cerah, kapasitas RAM besar, dan baterai tahan lama dalam dimensi nyaman. Meski teknologi masa sekarang sudah melampaui, nilai estetika, performa praktis, dan daya tahan daya tumbuh menjadi keunggulan nostalgia yang masih menarik di 2025.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Y5 II