Diperkenalkan pada Februari 2019, Samsung Galaxy A50 hadir sebagai ponsel mid-range yang memberi gebrakan—desain premium dan fitur kelas atas ala flagship, tapi dengan harga yang bersahabat (~€270 saat rilis). Kombinasi layar Super AMOLED, baterai besar, dan triple-kamera membuatnya langsung populer di pasar global.
A50 memiliki dimensi ramping 158,5×74,7×7,7 mm dan berat hanya 166 g, ideal untuk genggaman satu tangan.. Layarnya berukuran 6,4 inci Super AMOLED Full HD+ (1080×2340) dengan notch tetesan air dan proteksi Gorilla Glass 3, menghadirkan warna kaya dan kontras tajam (~403 ppi).
Desain gradasi Prism Reflective pada punggungnya juga memberi efek visual menarik, menjadikannya terlihat premium tanpa material kaca berat.
Ditenagai chipset Exynos 9610 (10 nm)—quad-core Cortex-A73 dan quad-core Cortex-A53—serta GPU Mali-G72 MP3, perangkat ini lancar untuk penggunaan harian dan game ringan hingga sedang.
Berdasarkan benchmark AnTuTu ~144.000 poin, Galaxy A50 memberikan pengalaman mulus, meski bukan untuk gaming berat intensif.
Tersedia varian RAM 4/6 GB dan penyimpanan 64/128 GB yang bisa diperluas hingga 512 GB via microSD.
Dengan kapasitas 4.000 mAh dan fitur fast-charging 15 W, Galaxy A50 punya daya tahan impresif—lebih dari 12 jam browsing dan hampir 16 jam video looping.
Pengujian endurance menunjukkan nilai 98 jam, unggul di kelasnya.
Pengisian penuh butuh sekitar 1–1,5 jam.
Reddit juga menyebutnya sebagai “tank” yang masih bisa andal setelah 5 tahun pemakaian, walau baterai menurun menjadi ~75% health setelah lama digunakan.
A50 memiliki konfigurasi kamera belakang:
25 MP f/1.7 (wide) dengan PDAF, sensor Sony IMX576
8 MP f/2.2 (ultra-wide) 123°
5 MP f/2.2 (depth sensor) untuk efek bokeh
Kamera depannya juga 25 MP f/2.0 untuk selfie.
Pengujian Digital Trends mencatat performa HDR memuaskan, hasil siang hari tajam dan hidup, walaupun tidak setajam Google Pixel 3a. Efek live focus bekerja baik namun pemburaman terkadang terlalu agresif.
NotebookCheck menyebut kamera utama unggul di kondisi rendah cahaya jika dibandingkan pesaing sekelasnya.
Ponsel ini masih mempertahankan jack audio 3,5 mm, sambil mendukung USB-C, Bluetooth 5.0, NFC (tergantung pasar), dual‑band Wi-Fi ac, GPS lengkap, dan radio FM.
Speaker mono-nya cukup keras (68,9 dB dalam pengujian), tetapi kualitas tinggi tidak terlalu istimewa.
Sensor fingerprint optik di bawah layar menjadi salah satu fitur premium pertama di segmen menengah Samsung.
Memulai dari Android 9 (Pie) One UI 1.1, A50 sudah diupgrade hingga Android 11 dengan One UI 3.1.
Samsung menjanjikan pembaruan keamanan berkala dan sedikit pembaruan fitur—meskipun bukan tiga tahun OS utama seperti Pixel, namun cukup menarik untuk kelas mid-range.
Pengguna dilaporkan menghapus bloatware via de‑bloat, meningkatkan performa.
Kelebihan utama
Desain premium, ringan, dan bingkai kokoh
Layar AMOLED cerah dengan notch minimal
Performa lancar untuk aktivitas harian dan gaming ringan
Kamera triple lengkap dengan ultra‑wide dan depth sensor
Baterai besar tahan lama & fast charging
Fingerprint under-display dan jack audio jadi nilai tambah
Kekurangan
Tidak tahan air (IP rating absen di seri A50 meski turunannya A51 mendapat IP68)
Kamera malam tidak sempurna, tanpa OIS dan portrait oversaturated
Speaker kualitas biasa saja
Performa bisa turun setelah 2–3 tahun, beberapa pengguna mengalami hang, restart, dan overheating
Dukungan perangkat lunak resmi berakhir 2023 (security patch terakhir), sehingga sudah EOL
Di Reddit, banyak pengguna memuji A50 sebagai “workhorse” yang awet hingga 5 tahun, tanpa kendala berarti, hanya butuh battery replacement setelah lama dipakai.
Namun, ada juga yang frustasi dengan penurunan performa, hang, dan lag setelah update Android 10 atau lama digunakan.
Samsung Galaxy A50 adalah ponsel mid-range yang mendefinisikan standar: desain premium, layar AMOLED tajam, kinerja cukup, kamera lengkap, dan baterai handal—all at a friendly price point.
Meski sudah usang dari sisi perangkat lunak dan hardware, A50 terbukti tahan lama dan masih relevan untuk pengguna ringan–sedang hingga 2025. Bagi yang menginginkan ponsel seimbang tanpa harus membeli flagship, A50 tetap rekomendasi solid—terutama dalam kondisi bekas yang terawat.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Ascend Y220
Dirilis awal 2017, Samsung Galaxy A5 (2017) tampil sebagai versi ringkas namun premium dari Galaxy A-series, menawarkan desain mirip Galaxy S7, layar AMOLED tajam, baterai tahan lama, dan sertifikasi IP68 dalam paket yang lebih terjangkau. Mari kita telusuri apa saja keunggulan dan kelemahan smartphone ini.
Dengan bodi kaca berlapis Gorilla Glass 4 di depan dan belakang, serta frame aluminium, Galaxy A5 (2017) sukses menghadirkan nuansa premium yang terasa kokoh dan nyaman digenggam. Beratnya sekitar 157 g dan ukuran layar 5,2 inci, ideal untuk penggunaan satu tangan. Tampilan layar Super AMOLED Full HD (1080×1920, ~424 ppi) sangat memukau—warna cerah, hitam pekat, dan detail tajam.
Layarnya juga mendukung fitur Always-on Display, menampilkan jam dan notifikasi tanpa menguras baterai signifikan.
Ditenagai baterai 3.000 mAh dan chipset efisien Exynos 7880 (14nm), Galaxy A5 (2017) menawarkan daya tahan baterai luar biasa. Pengujian PCMark mencatat lebih dari 11 jam screen-on, setara bahkan menyaingi ponsel dengan baterai 4.000 mAh seperti Huawei Mate 9.
Selain itu, perangkat mendukung fast charging (18 W) USB-C—dari kosong sampai 80% dalam waktu kurang dari satu jam . Power consumption rendah: hanya 1,36 W saat idle, dan sekitar 3,63 W saat digunakan penuh.
Chipset Exynos 7880 (8×1,9 GHz Cortex-A53) dipadukan dengan 3 GB RAM dan penyimpanan 32 GB, yang sudah dapat diperluas lewat microSD hingga 256 GB. Kinerjanya cukup untuk penggunaan harian—aplikasi sosial media, browsing, dan streaming berjalan mulus .
Namun, saat penggunaan berat seperti backup atau aplikasi intensif, perangkat bisa terasa lag atau stutter. GPU Mali-T830 MP3 memastikan game ringan berjalan lancar, walaupun game berat memerlukan pengaturan grafis menengah.
Kamera 16 MP f/1.9 di depan dan belakang memberi hasil tajam dalam cahaya terang. Kamera depan juga 16 MP dengan aperture sama—ideal untuk selfie. Fitur seperti flash layar depan dan "tap-to-shoot" menyederhanakan pemotretan usaha sendiri .
Kelemahan utama: tanpa OIS, sehingga hasil di kondisi low-light sering blur. Fokus sedikit lambat dan tidak mendukung video 4K (hanya Full HD 30fps).
Galaxy A5 2017 adalah ponsel resmi tahan debu dan air berkat sertifikasi IP68, mampu bertahan dalam air sedalam 1,5 meter selama 30 menit. Fitur ini jarang ditemukan di kelas mid-range saat itu.
Fitur lain: fingerprint sensor di tombol home, slot dual-SIM (untuk varian tertentu) plus microSD dedicated, jack audio 3,5 mm, dan dukungan Samsung Pay dan Knox security.
Awalnya menjalankan Android 6.0.1 Marshmallow dengan Grace UX, mendapatkan pembaruan ke Android 7 Nougat dan Android 8 Oreo pada tahun berikutnya. UI terasa halus dan kaya fitur, meski kadang tampil "berat" karena TouchWiz.
Ketahanan dukungan resmi berhenti sekitar Desember 2020—beberapa pengguna menggunakan custom ROM untuk pembaruan lebih lanjut .
Layarnya memanjakan penikmat media—layar AMOLED cerah dan resolusi Full HD mendukung hiburan maksimal. Speaker mono cukup untuk kebutuhan sederhana, tapi kurang oke untuk suara keras atau film.
Jack 3,5 mm tetap menjadi nilai tambah di era tanpa port audio.
Kelebihan | Kekurangan |
---|---|
Desain premium, IP68 | Tanpa OIS, kamera low-light kurang oke |
Daya tahan baterai superior | Kinerja masih mid-range, kadang lag |
Layar AMOLED tajam | UI masih berat, update resmi selesai 2020 |
Fitur lengkap (USB-C, slot sd, Samsung Pay) | Speaker pas-pasan |
Samsung Galaxy A5 (2017) adalah pilihan ideal jika Anda mencari kombinasi desain premium ala flagship, ketahanan baterai lama, layar cerah, dan fitur lengkap—tanpa harus membayar harga penuh flagship pada masanya.
Cocok untuk pengguna yang menghargai estetika, daya tahan, dan fitur seperti Always-on Display serta waterproof. Namun, jika video 4K, kamera low-light, atau performa gaming berat yang dicari, mungkin ada opsi lain.
Kini, A5 2017 masih digunakan banyak pengguna sebagai second device karena kemampuannya bertahan lama. Meski sudah berlalu era dukungan resmi, ia tetap layak dikenang sebagai salah satu mid-range terbaik Samsung.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Ascend Y210D
Pada akhir 2015, Samsung merilis Galaxy A5 (2016), generasi kedua dari seri A5 yang menggabungkan desain mewah dan fitur sekelas flagship dalam format kelas menengah. Dengan rangka metal dan panel belakang kaca Corning Gorilla Glass 4, ponsel ini terlihat seperti Galaxy S6 kecil—namun lebih terjangkau. Ukurannya yang compact membuatnya pas digenggam, ideal bagi pengguna yang tidak menyukai perangkat besar.
Galaxy A5 (2016) memiliki bodi ramping setebal 7,3 mm dan bobot 155 gram, dengan sisi membulat dan bezel tipis. Penggunaan rangka aluminium serta kaca depan-belakang Gorilla Glass 4 memberinya kesan premium—walaupun agak licin meninggalkan sidik jari.
Layarnya berukuran 5,2 inci Super AMOLED dengan resolusi Full HD 1080 × 1920 (≈424 ppi). Tampilan ini menawarkan warna cerah, kontras tinggi, dan visibilitas baik di bawah sinar matahari—meskipun terkesan agak oversaturated, dapat disesuaikan melalui pengaturan tampilan.
Di dalamnya tertanam dua varian chipset: Exynos 7580 (8‑core 1,6 GHz Cortex‑A53 dengan GPU Mali-T720MP2) atau Snapdragon 615 (terbatas beberapa wilayah). RAM 2 GB dan penyimpanan 16 GB (dapat diperluas via microSD hingga 128 GB) menjadikannya cukup baik untuk aplikasi harian, multitasking ringan, dan game tingkat sedang.
Pada penggunaan nyata, ponsel lancar dalam membuka aplikasi, browsing, dan mengedit foto ringan. Namun, pemakaian berat seperti game intensif atau banyak aplikasi latar dapat menimbulkan lag, panas bodi saat pengisian dan penggunaan berat.
Sensor utama 13 MP f/1.9 dilengkapi Optical Image Stabilization (OIS), meningkatkan hasil foto low-light dan stabilisasi video. Kamera depan 5 MP juga f/1.9—baik untuk selfie dan video call.
Hasil jepretan di kondisi terang tampak tajam dan akurat, tetapi dalam cahaya redup noise mulai muncul dan performa fokus agak menurun.
Dengan baterai 2.900 mAh (non-removable), A5 (2016) mampu bertahan 1–1,5 hari dalam penggunaan normal. Pengujian nyata mencatat screen-on time sekitar 4–5 jam dan skor PCMark sekitar 9–10 jam.
Dilengkapi teknik fast charging Samsung (sekitar 15–18 W), baterai penuh dalam 90–100 menit.
Fingerprint sensor terintegrasi di tombol home tepatnya bekerja sangat akurat—walau tidak secepat sensor pada flagship. Ponsel ini mendukung LTE Cat-6, Wi‑Fi (a/b/g/n), Bluetooth 4.1, NFC dengan Samsung Pay, serta sistem micro-USB 2.0 OTG. Adanya slot hybrid microSD/SIM memungkinkan fleksibilitas bagi pengguna.
Speaker mono di sisi bawah mengeluarkan suara standar—cukup untuk panggilan dan media ringan, namun tidak cocok untuk musik atau film intensif. Jack audio 3,5 mm tersedia dengan pengaturan SoundAlive dan equalizer. Selain fingerprint, tersedia sensor proximity, akselerometer, kompas, dan RGB light.
Galaxy A5 (2016) memulai debutnya dengan Android 5.1.1 Lollipop plus TouchWiz Grace UX, naik ke Android 6.0.1 Marshmallow dan akhirnya ke Android 7.0 Nougat. Fitur seperti split-screen multitasking dan akses cepat ke kamera via double tap home button membuat UI terasa modern.
Namun, TouchWiz kadang terasa berat—tema custom dapat menyebabkan lag, dialer freeze, serta terlambatnya sensor sidik jari.
Kelebihan utama:
Desain premium di kelas menengah
Layar AMOLED Full HD berkualitas
Baterai tahan lama & fast charging
OIS pada kamera utama
Fingerprint sensor, NFC, Samsung Pay
Keterbatasan:
Performa chipset mid-range kurang mumpuni untuk gaming berat
UI kadang lag akibat TouchWiz
Speaker mono biasa saja
Baterai tidak dapat dilepas karena unibody
Komunitas Reddit menyebut A5 2016 sebagai “beautiful but flawed”—sangat disukai karena desainnya, namun pengguna merasakan lag UI dan performa middling. Beberapa juga mengeluhkan pengisian lambat saat port tidak bersih.
Samsung Galaxy A5 (2016) adalah smartphone yang menonjol di kelas menengah karena mengadopsi fitur dan estetika smartphone flagship—layar Full HD AMOLED, frame metal-kaca, fingerprint, OIS, dan Samsung Pay. Suatu paket lengkap dengan harga yang jauh lebih rendah dari S6 saat itu.
Meskipun performa dan audio tidak istimewa, ponsel ini ideal bagi pemakai harian—mereka yang menghargai desain, layar berkualitas, dan daya tahan baterai lama. Sebagai warisan mid-range premium Samsung, Galaxy A5 (2016) menjadi standar bagi seri yang lebih baru: ponsel yang elegan, fungsional, dan memiliki fitur kelas atas tanpa kompromi harga.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Ascend Y 201 Pro
Di era ketika sebagian besar smartphone menekankan layar besar dan bodi plastik, Samsung Galaxy A5 (2015) hadir sebagai pernyataan berbeda – memberikan kombinasi elegan antara desain metal yang premium dan layar Super AMOLED dalam bentuk kompak. Dirilis pada Desember 2014, ponsel ini menjadi salah satu device paling menonjol di kelas menengah atas, menawarkan build berkualitas tinggi dengan ketipisan hanya 6,7 mm dan berat 123 gram.
Galaxy A5 memulai tren metal unibody di lini Galaxy-A, membawa nuansa premium ala Galaxy Alpha tetapi dalam format yang lebih tipis dan elegan. Dengan bingkai aluminium dan bodi belakang plastik matte, perangkat ini tersedia dalam berbagai pilihan warna seperti Pearl White, Midnight Black, Soft Pink, serta Champagne Gold. Sisi ramping dan frame yang membulat membuat ponsel ini nyaman digenggam, menjadi favorit bagi pengguna yang menginginkan estetika namun tetap ergonomis.
Salah satu kekuatan utama Galaxy A5 terletak pada layarnya: 5 inci Super AMOLED dengan resolusi 720 × 1280 (sekitar 294 ppi). Layar ini menawarkan kontras tak terbatas, warna hidup, serta sudut pandang yang lebar. Menurut pengujian GSMArena, di bawah sinar matahari layar tersebut tetap cerah dan nyaman untuk dilihat . Selain itu, Samsung menyertakan mode tampilan seperti Adaptive, Cinema, dan Basic untuk menyesuaikan tone layar sesuai selera penggunanya.
Di balik bodinya yang tipis, Galaxy A5 mengandalkan SoC Snapdragon 410 (Quad-core 1,2 GHz) dan GPU Adreno 306, dipadukan dengan 2 GB RAM dan 16 GB penyimpanan internal (dapat diperluas hingga 64 GB via microSD). Meskipun chipset ini bukan yang paling bertenaga saat itu, pengujian dari Android Authority menyebut UI berjalan lancar, multitasking mumpuni, dan gaming ringan tidak terganggu . Benchmark TechRadar mencatat performanya memadai untuk penggunaan sehari-hari, meskipun kalah jika dibandingkan ponsel kelas premium seperti Snapdragon 800.
Galaxy A5 ditopang oleh kamera utama 13 MP f/2.0 – sensor yang sama dengan Galaxy S4 dengan kemampuan autofocus dan LED flash . Hasil foto dalam kondisi terang menampilkan warna akurat, detail baik, dan opsi mode seperti panorama, GIF, hingga “Rear-cam Selfie”. Kamera depan 5 MP f/2.2, cukup baik untuk selfie dan video call dengan dukungan fitur seperti Beauty mode serta palm selfie.
Ditenagai baterai 2.300 mAh (non-removable), ponsel ini mampu bertahan seharian penuh berdasarkan penggunaan berimbang. NotebookCheck melaporkan durasi sekitar 9–10 jam saat browsing atau menonton video. Android Authority juga menyebutnya mampu mencapai penggunaan harian penuh meskipun tanpa opsi penggantian baterai . Namun, kekurangan utama adalah baterai tak bisa dengan mudah diganti karena desain unibody.
Galaxy A5 datang dengan Android 4.4 KitKat dilapisi TouchWiz Nature UX 3.5, user interface yang menciptakan tampilan lebih bersih dan personalisasi via tema. Ponsel ini mendapat update ke Android 5.0 Lollipop pada 2015, lalu Android 6.0.1 Marshmallow pada Juli 2016, mengikuti komitmen dua tahun dukungan perangkat lunak.
Galaxy A5 dilengkapi berbagai fitur fitur sederhana yang masih relevan di kelasnya:
Jack audio 3,5 mm dan speaker mono (walau penempatan terkadang tertutup saat bermain) .
Dukungan dual-band Wi‑Fi (a/b/g/n), Bluetooth 4.0, GPS/GLONASS, NFC.
Mode Ultra Power Saving, mengubah antarmuka menjadi monokrom dengan fungsi terbatas guna memperpanjang daya saat kritis.
Dalam Reddit, Galaxy A5 2015 dianggap sebagai “salah satu ponsel Samsung terbaik” oleh beberapa pengguna, meski mereka juga mencatat keterbatasan dukungan update dan kecepatan saat digunakan banyak aplikasi modern. Salah satunya:
"One of the best phones I had was the A5 (2015)."
Namun ada juga saran untuk berhati-hati karena update keamanan sudah dihentikan:
"No security updates so not recommendable."
Samsung Galaxy A5 (2015) hadir di saat pengguna menginginkan kualitas yang sedikit di luar mid-range standar—dengan desain ramping, layar cerah, dan performance yang cukup baik. Ponsel ini cocok bagi mereka yang menghargai estetika premium tanpa harus merogoh kocek setinggi flagship.
Namun, bagi pengguna yang mengutamakan prosesor kencang, resolusi layar tajam, dukungan fitur lanjutan seperti fingerprint atau Wi-Fi ac, perangkat ini mungkin terasa terbatas. Di tahun-tahun berikutnya, rumornya di era modern A‑series, Galaxy A5 tetap dikenang sebagai tonggak awal desain metal Samsung yang menjadi etalon di lini menengah.
Bagi penggemar smartphone kompak dengan nuansa premium, Galaxy A5 (2015) tetap layak dikenang—sebagai salah satu ponsel yang membuktikan bahwa "less is more", dan menunjukkan bahwa ukuran kecil bisa menyimpan kualitas besar.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Ascend 201
Ketika teknologi 5G mulai menyebar ke tingkat yang lebih luas, banyak pengguna mencari ponsel yang tidak hanya mendukung jaringan generasi terbaru, tetapi juga menawarkan keseimbangan antara performa, layar, dan daya tahan baterai. Samsung Galaxy A42 5G hadir sebagai solusi menarik: diluncurkan pada November 2020, ponsel ini menawarkan layar Super AMOLED 6,6 inci, chipset Snapdragon 750G, serta baterai 5.000 mAh—semua dalam harga mid-range yang kompetitif.
Meski lebih dikenal sebagai varian murah dari keluarga Galaxy A Series yang sudah mendukung jaringan 5G, A42 tetap memberikan pengalaman pengguna yang solid — khususnya bagi mereka yang mengutamakan daya tahan baterai dan kualitas layar.
Dengan dimensi 164,4 × 75,9 × 8,6 mm dan berat 193 g, Galaxy A42 termasuk ponsel besar, namun bobotnya terasa seimbang untuk penggunaan satu tangan. Layar Super AMOLED-nya dengan rasio 20:9 dan resolusi 720 × 1600 (sekitar 266 ppi) menawarkan warna yang hidup dan kontras tinggi—fitur yang biasanya hanya ditemui di layar Full HD.
Beberapa pengguna Reddit memuji tampilan layar ini sebagai lebih cerah dan menarik dibanding LCD tradisional, meski resolusi-nya masih tergolong HD+ . Ruang tampilan yang luas cocok untuk streaming, sosmed, dan membaca dokumen, meski ukuran dan resolusi dianggap ‘pas-pasan’ oleh sebagian orang.
Ditenagai chipset Snapdragon 750G 5G (8 nm) dan RAM pilihan mulai dari 4 GB hingga 8 GB, A42 mampu menjalankan aplikasi harian dan beberapa game ringan hingga sedang dengan cukup lancar. Pengujian benchmark menunjukkan skor AnTuTu mencapai ~324.000 dan Geekbench sekitar 1.900 untuk single-core.
Keunggulan utama lainnya adalah dukungan dual-mode 5G Sub-6. Model global mendukung jaringan 5G di banyak region, termasuk di Indonesia. Meski kecepatan ultra cepat mmWave hanya tersedia pada model USA (SM‑A426U) di jaringan Verizon, dukungan Sub‑6 saja sudah membuat A42 terasa “future-proof” bagi mayoritas pengguna.
Samsung membekali A42 dengan sistem empat kamera di belakang:
48 MP wide (f/1.8) dengan PDAF
8 MP ultra‑wide 123°
5 MP makro
5 MP depth sensor
Ini membuatnya cukup fleksibel untuk pemotretan gaya, landscape, close-up, dan efek bokeh dengan fitur Live Focus. Kamera ini juga mampu merekam hingga 4K 30fps. Kamera depan 20 MP f/2.2 pun menghasilkan hasil selfie yang cukup baik.
Ulasan dari Samsung Gulf menyoroti kemampuan portrait-nya, sementara beberapa pengguna Reddit mencatat kualitas kamera A42 bisa dibandingkan dengan varian mid-range yang lebih mahal.
Dengan baterai 5.000 mAh, A42 menyaingi banyak smartphone high-end dalam hal daya tahan. Review dari Android Authority menyebutkan smartphone ini bisa dipakai hingga dua hari penuh dalam penggunaan normal hingga aktif—netflix, browsing, dan media sosial—dengan screen-on time sekitar 9 jam . PC Mark test bahkan mencatat sekitar 15 jam 15 menit.
Dukungan fast charging 15 W melalui USB-C cukup memadai, meskipun butuh waktu sekitar 2–3 jam untuk penuh.
A42 debut dengan Android 10 dan One UI 2.5, kemudian mendapat update ke Android 13 (One UI 5). Sayangnya, tidak termasuk dalam skema tiga generasi major update,. Samsung menyematkan fitur andalan seperti Game Booster, Edge panels, pemindai sidik jari di layar (optik), dan keamanan Knox.
Fitur klasik seperti jack headphone 3.5 mm dan slot microSD hingga 1 TB membuat smartphone ini terlihat ‘legendaris’ di mata pengguna yang menghargai fleksibilitas dan kemudahan akses . Sayang, tidak ada fitur Always-On Display, yang disayangkan oleh beberapa pengguna.
Kelebihan:
Layar Super AMOLED besar & cerah
Dukungan jaringan 5G Sub‑6
Baterai 5.000 mAh dengan daya tahan luar biasa
Performa Snapdragon 750G cukup kencang untuk kebutuhan umum
Kamera quad yang serbaguna
Fitur lengkap: jack audio, microSD, under-display fingerprint
Kekurangan:
Resolusi layar hanya HD+ (720p), terasa rendah untuk ukuran 6,6 inci
Pengisian relatif lambat
Tidak ada sertifikasi IP
Dukungan OS terbatas, kemungkinan tidak mendapat Android 14
Forum Reddit memberikan gambaran luas: pengguna mengapresiasi performa kencang berkat Snapdragon 750G, layar AMOLED yang cerah, dan daya tahan baterai luar biasa . Mereka juga menghargai kemasan “fitur jadul” yang lengkapi A42 seperti audio jack dan microSD.
Namun, beberapa mengkritik layar hanya 720p, lambatnya pengisian, serta ketiadaan Always-On Display. Ada juga laporan minor tentang masalah water damage meski tidak ada sertifikat IP.
Pengguna multimedia dan media sosial yang ingin layar cerah dan hemat baterai.
Traveler & pekerja mobile yang butuh daya tahan lama dalam satu kali isi.
Penggemar 5G awal yang mencari perangkat Sub-6 terjangkau.
Pengguna yang menghargai fleksibilitas, seperti microSD dan jack audio.
Kurang cocok untuk:
Gamer berat yang butuh frame rate tinggi (SD 750G masih terbatas)
Pengguna yang mengutamakan tampilan sharp dengan resolusi tinggi
Mereka yang butuh update OS panjang dan tahan air
Samsung Galaxy A42 5G bukan sekadar “ponsel 5G paling murah”—ia adalah paket fitur seimbang: layar AMOLED, baterai tahan lama, performa cukup cepat, dan dukungan microSD/audio jack. Bagi pengguna yang tidak terlalu peduli soal resolusi tinggi atau pengisian super cepat, A42 adalah solusi mumpuni.
Produk ini menjawab kebutuhan banyak orang: ponsel pintar masa kini tanpa harus membayar mahal atau terikat oleh fitur yang jarang digunakan. Jadi, jika kamu menginginkan smartphone lengkap dengan dukungan 5G dan mempertimbangkan nilai fungsional yang tinggi, Galaxy A42 5G tetap relevan—meski sudah diluncurkan pada tahun 2020.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Ascend Y 200
Di era yang mengedepankan layar besar dan tubuh bongsor, Samsung Galaxy A40 muncul sebagai alternatif yang segar: ponsel kompak, ringan, namun tidak mengorbankan kualitas. Dirilis pada April 2019, Galaxy A40 adalah bagian dari mid-range seri A Samsung, menggabungkan layar Super AMOLED cerah, kamera ganda, serta desain yang nyaman digenggam—semua dibalut dalam bodi ramping seberat hanya 140 gram.
Galaxy A40 memiliki dimensi 144,4 × 69,2 × 7,9 mm dan bobot ringan hanya 140 g, sempurna untuk pengguna yang tidak nyaman dengan ponsel besar. Layar Super AMOLED Infinity-U berukuran 5,9 inci dengan resolusi Full HD+ (1080 × 2340 pixel) menawarkan kontras tinggi dan tampilan warna hidup, didukung oleh proteksi Corning Gorilla Glass 3.
Meskipun tidak sebesar flagships modern, layar ini ideal untuk menonton video, browsing, atau scrolling media sosial dengan satu tangan tanpa kelelahan.
Ditenagai oleh chipset Exynos 7904 (14 nm) dengan prosesor octa-core (2×1,77 GHz Cortex-A73 + 6×1,59 GHz Cortex-A53), dipadukan GPU Mali-G71 MP2 dan RAM 4 GB, Galaxy A40 mampu menjalankan tugas harian seperti multimedia, browsing, dan media sosial dengan lancar. Penyimpanan internal 64 GB (atau 128 GB pada beberapa varian) juga dapat diperluas menggunakan microSD hingga 512 GB.
Namun, pengguna Reddit mencatat chip ini mulai terasa lambat setelah penggunaan panjang, dengan stutter muncul setelah sekitar satu tahun.
Sektor fotografi Galaxy A40 cukup kompetitif di kelasnya:
16 MP f/1.7 (kamera utama dengan PDAF)
5 MP f/2.2 lensa ultra-wide (123°)
Kamera depan 25 MP f/2.0, menghasilkan selfie tajam dengan baik.
Fitur seperti HDR dan panorama tersedia, serta kemampuan merekam video Full HD 30 fps. Di keseharian, foto dari kamera ini bagus untuk media sosial dan dokumen sederhana.
Samsung membekali Galaxy A40 dengan baterai 3100 mAh. SamMobile mencatat bahwa baterainya cukup untuk aktivitas ringan hingga sedang, namun pengguna intens mungkin harus mengisi ulang lebih cepat. Aktivitas ringan bisa bertahan hingga dua hari, menurut pengalaman pengguna Reddit.
Dilengkapi dukungan fast charging 15 W, pengisian baterai dari kosong ke 50 % bisa cepat, walaupun charger cepat tidak selalu tersedia dalam paket penjualan awal.
Galaxy A40 dilengkapi dengan fitur yang memudahkan:
Sensor sidik jari belakang dan face unlock
Jack audio 3.5 mm, NFC, FM radio, dan speaker mono
Konektivitas lengkap: Wi‑Fi ac, Bluetooth 5.0, GPS (A‑GPS, GLONASS, GALILEO, BDS), USB‑C, dan dual SIM + microSD.
Fitur-fitur ini membuat Galaxy A40 tetap relevan meski berada di segmen menengah.
Saat diluncurkan, Galaxy A40 menjalankan Android Pie (One UI 1.1), kemudian mendapat update ke Android 10 (One UI 2.0) dan Android 11 (One UI 3.1) pada Maret 2021. Namun pada Juni 2023, Samsung menghentikan dukungan resmi untuk model ini.
Kelebihan:
Kompak dan ringan
Layar Super AMOLED berkualitas
Kamera ganda yang fleksibel
Fitur lengkap dengan jack headphone
Konektivitas cukup lengkap
Kekurangan:
Chipset mulai terasa lambat setelah lama digunakan
Baterai tidak tahan lama untuk pengguna berat
Tidak ada Always-on Display atau LED notifikasi
Dukungan OS sudah dihentikan sejak 2023
Samsung Galaxy A40 adalah pilihan tepat bagi mereka yang ingin ponsel ringkas, nyaman digenggam, dan tetap bergaya. Layar Super AMOLED, kamera ganda dengan ultra-wide, dan dukungan fitur lengkap meningkatkan nilai guna dalam perangkat sekelas. Meski chipset dan baterai punya keterbatasan, bagi pengguna ringan hingga sedang, Galaxy A40 tetap dapat diandalkan.
Kini meski sudah tidak memperoleh update OS, Galaxy A40 masih layak digunakan sebagai second device, ponsel kompak harian, atau alternatif murah dengan tampilan premium dan fitur lengkap.
Jika ingin mengetahui lebih detail silahkan kunjungi : Huawei Ascend Y